Aku Tak Akan Bisa Mendahuluinya Berbuat Baik

dijaoksa.blogspot.com

.......
Dalam sebuah riwayat, dikisahkan bahwa dilingkungan sehabat, ada seorang nenek tua renta yang hidup disebuah gubuk tanpa sanak dan saudara. Siapapun yang melihatnya, pasti ia akan menaruh iba kepadanya. Perasaan itu pula yang terjadi pada Umar bin Khattab. Suatu pagi sebelum orang-orang keluar rumah, Umar bin Khattab pergi dari rumah dan mendatangi kediaman nenk tua itu. Kedatang Umar ketempat nenk tersebut adalah untuk menyediakan makanan, merapikan rumah, menimbakan air dan melakukan hal-hal penting yang tidak bisa dilakukan oleh si nenek tersebut. Intinya maksud hati kedatangan Umar bin Khattab adalah untuk memenuhi semua kebutuhan sang nenek.
Setelah sampai dirumah si nenek, Umar pun mengucapkan salam dan masuk. Tetapi betapa terkejutnya Umar, karena kondisi rumah sudah rapi, makananpun sudah tersedia dan air di bak sudah terisi penuh. Umar merasa heran dan bertanya-tanya, siapakah gerangan orang yang telah melakukan semua pekerjaan ini? Alangkah mulianya orang itu (umar membatin). Karena penasaran, beliau kemudian bertanya pada si nenek. Namun, karena nenek tua itu sudah tidak bisa melihat dengan baik, ia tidak tahu orang yang sudah meelakukan semua pekerjaan itu.
Keesokan harinya, Umar kembali mendatangi rumah nenek tersebut. Kali ini, ia datang lebih pagi dari hari sebelumnya. Usai shalat subuh, Umar langsung keluar rumah  menuju rumah si nenk. Begitu sampai di depan pintu rumah si nenek, Umar mengucap salam dan segera masuk. Tetapi, saat kakinya sampai di dalam, ia kembali terkejut karena keadaan rumah itu sama seperti hari sebelumnya; makanan sudah tersedia, rumah sudah rapi dan air bak pun sudah penuh. “ Hebat benar oran gini”, pikir Umar, dan ia pun bejanji untuk datang lebih pagi agar tidak kalah dari orang itu.
Hari berikutnya, Umar pun mendatangi rumah si nenek lebih awal dari sebelumnya. Sebelum shalat subuh, ia sudah mendatangi rumah si nenek. Dan, sesampainya di sana, ia kembali menelan kekecewaan karena keadaan rumah sudah seperti hari sebelumnya, karena ternyata ada orang lain yang lebih dahulu merapikan rumah, menyediakan makanan dan menimbakan air. Sementara itu, sang nenek masih belum memberikan informasi yang jelas tantang orang yang telah melakukan semua pekerjaan itu.
Pada hari berikutnya, Umar malah datang ke rumah si nenek sekitar pukul 03.00. Tetapi, lagi-lagi, ia harus kecewa karena masih kalah dari pelayan misterius itu. Saat pulang, di tengah rasa kecewa yang teramat besar, Umar berfikir bagaimana cara agar ia bisa mengalahkan si pelayan misterius tadi, dan sekaligus mencari cara untuk mengetahui siapakah gerangan orang yang telah berbaik hati itu.
Maka Umar pada hari berikutnya, tidak ada cara lain yang dapat dilakukan oleh Umar, kecuali menginap di rumah sang nenek, setelah sebelumnya ia memberitahu rencananya itu pada si nenek. Menjelang tengah malam Umar pun terjaga mendengar suara langkah kaki bergerak memasuki rumah. Dengan perlahan-lahan, Umar bangun dari tidurnya, dan mendekat ke arah suara itu. Setelah dekat, Umar melihat ada sosok yang memakai jubah sedang bergerak kearah dapur, dan seperti melakukan sesuatu. Karena tak mampu membendung rasa penasaran, Umar pun segera menyergap dan memeluk sosok itu, dan membuka jubah yang menutupinya.
Setelah jubah terbuka, betapa terkejutnya Umar. Jantungnya terasa copot, karena ternyata orang yang ada di dapurnya saat itu tidak lain adalah Abu Bakar as Sidik, sosok yang selama ini selalu terdepan dalam berbuat baik. Ya, Umar dan Abu Bakar memang terkenal sebagai dua sahabat yang selalu berlomba melakukan kebaikan. Dan, selama itu pula, Umar mengakui bahwa ia selalu kalah dari Abu Bakar. Setelah tahu bahwa sosok yang ia peluk tadi adalah Abu Bakar, dengan rasa malu, Umar pun melepaskan Abu Bakar. Dalam hati, Umar berkata, “Aku tak akan bisa mendahuluinya berbuat baik”.
Ya, itulah Abu Bakar. Sosok yang selalu memperhatikan hal-hal kecil yang selama ini luput dari perhatian orang lain. Kisah ini dapat kita jadikan sebagai inspirasi dalam hidup kita, baik sebagai pemimpin atau orang biasa, sebagai pedangan, atau kuli pekerja. Bahwa dari hal-hal kecil itulah, kita akan meraih sesuatu yang besar.
......
Masih punya alasan kah bagi kita untuk tidak menebar kebaikan ?
Disaat umat membutuhkan kita tak malukah kita masih bergalauan hari ini?
Atau sekedar mepertanggungjawabkan keberadaanmu di dunia ini?
Atau sekedar membuktikan bahwa dirimu ada dan bermanfaat bagi orang lain?
Atau sekedar mempertanggungjawabakan kita layak hidup di samping orang-orang yang kita sayangi ?
.......
Refleksi bagi kita semua untuk kembali mengumpulkan energi dan terus berkarya
dimanapun dan kapanpun
Masing-masing medan juang mempunyai tantangan, maka hanya orang-orang yang kuat
bertahan dan tetap sabar yang akan menjadi PEMENANG
Saudaraku...
Pahlawan tidak lahir dari istana yang penuh dengan kemegahan dan bergelimang fasilitas
Tapi mereka lahir dari kondisi ekstrem penuh dengan kekurangan dan tak ada fasilitas
Karena mereka tetap tegar dalam amal dan keyakinan akan lahir kondisi yang lebih baik
......
Hanya 15 tahun lagi ke depan
Kita akan berjumpa dengan suasana yang berbeda
Karena saat itu
Masing-masing diantara kita sudah menjadi seorang PAHLAWAN

Rief_fatih, Mutiara Kehidupan, 30 Januari 2013
(Kisah diatas, diambil dari buku tulisan Fatham Mubina (2012)

0 Response to "Aku Tak Akan Bisa Mendahuluinya Berbuat Baik"

Posting Komentar

fb-like {opacity:0.0;}